Monday, June 26, 2017

,

Signs Point to Yes - Sandy Hall


Blurb:

If only Jane’s Magic 8 Ball could tell her how to get through the summer. With her “perfect” sister, Margo, home for her “perfect” internship, Jane is not going to be able to spend the summer writing fan fiction, as she had planned. And her emergency babysitting job requires Jane to spend the whole summer in awkward proximity to her new crush, Teo, a nerdy-hot lifeguard with problems of his own. With his best friend out of town, Teo finds himself without anyone to confide in…except Jane. Will Jane and Teo be able to salvage each other’s summer? Even the Magic 8 Ball doesn’t have an answer…but signs point to yes.





Signs Point to Yes bercerita tentang Jane yang memutuskan buat kerja jadi babysitter di rumah tetangganya a.k.a rumah Teo a.k.a rumah temen musuhnya dia.

Jadi, singkat cerita, Jane punya ya, semacam musuh bebuyutan yang namanya Ravi. Nah, si Teo ini sahabatnya Ravi, jadi otomatis Teo enggak deket sama Jane walaupun dulu mereka sempet deket karena ibunya Teo sering nitipin Teo di rumahnya Jane. Tapi lama-lama mereka jadi enggak terlalu deket, tapi ya enggak musuhan juga. Cuma Ravi sempet kaget dan kesel pas tahu Jane bakal jadi babysitter buat jagain adek-adek tirinya Teo.




Nah, di awal buku itu diceritain kalau ibunya Jane ngotot Jane harus kuliah, dll, dll. Tapi Jane enggak mau, dia ngerasa habis lulus sekolah, dia enggak mau langsung kuliah dulu karena dia belum tahu mau jadi apa atau mau ngapain nanti. Jane juga ngerasa kalau orangtuanya (apalagi ibunya) terlalu suka banding-bandingin dan mihak Margo--kakak ceweknya yang pinter dan sekarang udah kuliah.

Di awal juga, diceritain kalau Teo itu kadang muak sama Buck--ayah tirinya yang cuma beda 15 tahun sama dia. Sampai kadang, Teo sering nyari informasi di internet tentang ayah aslinya dia (Teo enggak pernah ketemu ayah aslinya dan dia tahu nama ayahnya dari semacam aktenya dia gitu).

Suatu hari, pas Jane lagi di rumahnya Teo jagain adek-adeknya, Jane enggak sengaja ngelihat hasil pencarian Teo tentang ayahnya itu di internet. Dan Jane jadi ngerasa dia perlu bantuin Teo nyari ayahnya karena selama Jane di rumah itu, Teo udah baik banget sama dia.

Oh ya, sekilas info aja--sebelum bahas bukunya--kalau Jane ini suka Doctor Who dan bikin fan fiction crossover gitu HEHE. Dan dia juga punya Magic 8 Ball (mainan berbentuk bola buat semacam fortune telling atau seeking advice) buat bantu dia bikin keputusan.

Nah, oke, oke, sekarang mari kita bahas bukunya!




Saya beli buku ini di Big Bad Wolf 2017  (kalau mau tahu buku apa aja yang saya beli di BBW 2017, bisa lihat Big Bad Wolf 2017 Book Haul saya, hehe).

Nah, saya tertarik buat beli buku ini karena cover-nya yang bagus (HEHE) dan yah, saya udah sering lihat buku ini di toko-toko buku gitu, dan saya lumayan tertarik pas baca blurb-nya. Tapi saya belum sempet beli sampai akhirnya saya lihat buku ini di BBW dengan harga yang enggak terlalu mahal, dan yah... kenapa enggak?




Jadi intinya, saya cukup suka buku ini. Yang paling saya suka sih, dialog-dialognya. Lucu dan fresh (?) gitu. Ya pokoknya saya suka deh, sama dialog-dialog di buku ini.

Terus saya juga suka tokoh utamanya a.k.a Jane. Saya suka gimana dia pikir dia enggak pinter tapi sebenernya, dia itu sangat amat logic. Walaupun dia suka enggak pe-de sampai mau bikin keputusan aja harus nanya Magic 8 Ball dulu.

Dan dia kocak juga + fangirl juga! Haha.

Jane to Teo: "You need to watch TV! And you definitely need to watch both of these shows (Doctor Who & Veronica Mars). It is a requirement for being my friend."

Terus ada... TEO! Yah, sebenernya dia biasa aja sih, tapi saya suka aja karena dia itu... terasa sangat nyata. Maksudnya, cara dia bersikap dan ngadepin masalahnya (termasuk bagian dia ngalay agak enggak mikir di akhir haha) itu normal dan dapat diterima.

Saya suka karakter kayak gini, karena jarang sekali saya menemukan karakter cowok remaja yang realistis belakangan ini : " ) hehe.

Dan Margo! Ya ampun, saya suka dia!




Awalnya saya pikir, dia cuma kakak yang bakal digambarin serba perfect. Tapi ternyata enggak. Dia punya masalah yang enggak bisa dibilang remeh dan dia baik banget sama Jane! Wkwk.

Terakhir ada Ravi. Nah, soal Ravi, saya ngerasa kalau penulis 'ngebuang' Ravi gitu di tengah-tengah cerita. Kayak seolah-olah dia bakal ganggu alur kalau ada di cerita (terutama ganggu perkembangan hubungan Teo-Jane hm), jadinya Ravi dibikin pergi ke Sri Lanka dan kemudian pulang di saat yang tepat pas dia diperluin.

Ya, enggak tahu juga sih, tujuan penulis ngilangin Ravi di tengah-tengah itu buat apa, cuma menurut saya sih gitu.




Padahal, begitu ditunjukkin bener-bener karakter Ravi ini kayak apa, ya ampun, saya suka banget! WKWK.

Kalau soal alurnya, menurut saya di bagian akhirnya agak terlalu cepet aja. Kayak tiba-tiba si Teo udah ke situ aja (saya enggak mau spoiler : p). Tapi ya, enggak apa-apa juga, sih. Tetep seru kok.

Soal pelajaran yang bisa diambil dari buku ini sih, menurut saya lebih ke making your own decision gitu tapi tetep respect your parents.

Walaupun yang saya sayangkan dari buku ini, menurut saya ending-nya kurang menyelesaikan masalah, sih. Enggak dikasih tahu jadinya Jane akhirnya nurutin kemauan ibunya buat kuliah apa enggak, padahal menurut saya itu cukup penting karena udah diungkit-ungkit sepanjang buku.

Oke, sih, kayaknya itu aja.

Ini ada beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini:

"Don't let anything from the past stop you from making choices in the present."

--


"I'm a freaking mess sometimes."


"Aren't we all," Teo said.

--

"Normally she would have been embarrassed, but right now she was happy that he was the kind of guy who looked back one more time."

--

"Everyone's different," Jane said.


"Thanks for that one, Jane. I would never have come up with that on my own."


"Sorry, I guess it's one of thos cliched things people say because it's true."


Terakhir, saya kasih 3 dari 5 bintang buat Magic 8 Ball!







0 komentar:

Post a Comment